Rabu, 04 Februari 2015

PELAPUKAN, EROSI, DAN SEDIMENTASI

PELAPUKAN, EROSI, DAN SEDIMENTASI

Setelah mempelajari kegiatan ini Anda diharapkan dapat menjelaskan pelapukan
beserta penggolongannya, menjelaskan erosi, dan menjelaskan sedimentasi.
Tentunya Anda sudah paham bahwa bentuk permukaan bumi ini disebabkan
oleh adanya dua tenaga, yaitu tenaga endogen dan eksogen. Pada kegiatan 1,
Anda sudah belajar banyak tentang tenaga endogen. Pegunungan, gunung,
dataran rendah, dataran tinggi, atau lembah merupakan hasil aktivitas tenaga
endogen. Bentuk permukaan bumi itu akan mengalami perubahan melalui tenaga eksogen.
Nah, bahasan kali ini kita akan memfokuskan pada tenaga eksogen yang lebih difokuskan
pada pelapukan, erosi, dan sedimentasi.
A. Pelapukan
Pelapukan atau weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada kulit bumi
karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin). Karena itu
pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang
lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Pelapukan dibagi dalam tiga
macam, yaitu pelapukan mekanis, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis.
1. Pelapukan Mekanis
Pelapukan mekanis atau sering disebut pelapukan fisis adalah penghancuran batuan
secara fisik tanpa mengalami perubahan kimiawi. Penghancuran batuan ini bisa
disebabkan oleh akibat pemuaian, pembekuan air, perubahan suhu tiba-tiba, atau
perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan malam. Untuk lebih jelasnya
bagaimana perubahan itu, perhatikan baik-baik berikut ini:
a. Akibat pemuaian
Tahukah Anda bahwa batuan ternyata tidak homogen, terdiri dari berbagai mineral,
dan mempunyai koefisien pemuaian yang berlainan. Oleh karena itu dalam
sebuah batu pemuaiannya akan berbeda, bisa cepat atau lambat. Pemanasan
matahari akan terjadi peretakan batuan sebagai akibat perbedaan kecepatan
dan koefisien pemuaian tersebut.
b. Akibat pembekuan air
Batuan bisa pecah/hancur akibat pembekuan air yang terdapat di dalam batuan.
Misalnya di daerah sedang atau daerah batas salju, pada musim panas, air bisa
masuk ke pori-pori batuan. Pada musim dingin atau malam hari air di pori-pori
batuan itu menjadi es. Karena menjadi es, volume menjadi besar, akibatnya batuan
menjadi pecah.
Kegiatan Belajar 2

c. Akibat perubahan suhu tiba-tiba
Kondisi ini biasanya terjadi di daerah gurun. Ketika ada hujan di siang hari
menyebabkan suhu batuan mengalami penurunan dengan tiba-tiba. Hal ini dapat
menyebabkan hancurnya batuan.
d. Perbedaan suhu yang besar antara siang dan malam
Penghancuran batuan terjadi akibat perbedaan suhu yang sangat besar antara
siang dan malam. Pada siang hari suhu sangat panas sehingga batuan
mengembang. Sedangkan pada malam hari temperatur turun sangat rendah
(dingin). Penurunan temperatur yang sangat cepat itu menyebabkan batuan
menjadi retak-retak dan akhirnya pecah, dan akhirnya hancur berkeping-keping.
Pelapukan seperti ini Anda bisa perhatikan di daerah gurun. Di daerah Timur
Tengah (Arab) temperatur siang hari bisa mencapai 60 derajat Celcius, sedangkan
pada malam hari turun drastis dan bisa mencapai 2 derajat Celcius. Atau pada
saat turun hujan, terjadi penurunan suhu, yang menyebabkan batuan menjadi
pecah.
Rasanya pembahasan kali ini makin menarik dan mudah dipahami. Sekarang
kita lanjutkan pada macam pelapukan lainnya yaitu pelapukan kimiawi.
2. Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa kimia. Biasanya
yang menjadi perantara air, terutama air hujan. Tentunya Anda masih ingat bahwa
air hujan atau air tanah selain senyawa H2O, juga mengandung CO2 dari udara.
Oleh karena itu mengandung tenaga untuk melarutkan yang besar, apalagi jika air
itu mengenai batuan kapur atau karst.
Batuan kapur mudah larut oleh air hujan. Oleh karena itu jika Anda perhatikan pada
permukaan batuan kapur selalu ada celah-celah yang arahnya tidak beraturan. Hasil
pelapukan kimiawi di daerah karst biasa menghasilkan karren, ponor, sungai bawah
tanah, stalagtit, tiang-tiang kapur, stalagmit, atau gua kapur.
a. Karren
Di daerah kapur biasanya terdapat celah-celah atau alur-alur sebagai akibat
pelarutan oleh air hujan. Gejala ini terdapat di daerah kapur yang tanahnya
dangkal. Pada perpotongan celah-celah ini biasanya terdapat lubang kecil yang
disebut karren.
b. Ponor
Ponor adalah lubang masuknya aliran air ke dalam tanah pada daerah kapur
yang relatif dalam. Ponor dapat dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu dolin
dan pipa karst. Dolin adalah lubang di daerah karst yang bentuknya seperti corong.
Dolin ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu dolin korosi dan dolin terban. Dolin korosi
terjadi karena proses pelarutan batuan yang disebabkan oleh air. Di dasar dolin
diendapkan tanah berwarna merah (terra rossa). Sedangkan dolin terban terjadi
karena runtuhnya atap gua kapur
Gejala karst berikutnya adalah pipa karst yang bentuknya seperti pipa. Gejala ini
terjadi karena larutnya batuan kapur oleh air. Karena terjadi proses pelarutan
batuan, maka disebut pipa karst korosi. Namun jika terjadi karena tanah terban,
pipa karst itu disebut pipa karst terban atau disebut juga yama-type.
Gambar 10a. Aven-type Gambar 10b. Yama-type

c. Gua kapur
Jika Anda berkunjung ke daerah kapur, biasanya di daerah ini banyak terdapat
gua. Pada gua ini sering dijumpai stalaktit dan stalakmit. Stalaktit adalah endapan
kapur yang menggantung pada langit-langit gua (atas). Bentuknya biasanya
panjang, runcing dan tengahnya mempunyai lubang rambut. Sedangkan stalakmit
adalah endapan kapur yang terdapat pada lantai gua (bawah). Bentuknya tidak
berlubang, berlapis-lapis, dan agak tumpul. Jika stalaktit dan stalakmit bisa
bersambung, maka akan menjadi tiang kapur (pillar).
3. Pelapukan Biologis
Mungkin Anda pernah melihat orang sedang memecahkan batu. Batu yang besar itu
dihantam dengan palu menjadi kerikil-kerikil kecil yang digunakan untuk bahan
bangunan. Atau mungkin Anda pernah melihat burung atau binatang lainnya membuat
sarang pada batuan cadas, lama kelamaan batuan cadas itu menjadi lapuk. Dua
ilustrasi ini merupakan contoh pelapukan biologis.
Pelapukan biologis atau disebut juga pelapukan organis terjadi akibat proses organis.
Pelakunya adalah mahluk hidup, bisa oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, atau manusia.
Akar tumbuh-tumbuhan bertambah panjang dapat menembus dan menghancurkan
batuan, karena akar mampu mencengkeram batuan. Bakteri merupakan media
penghancur batuan yang ampuh. Cendawan dan lumut yang menutupi permukaan
batuan dan menghisap makanan dari batu bisa menghancurkan batuan tersebut.
Untuk lebih menambah wawasan, sekarang Anda amati proses pelapukan biologis
di sekitar Anda. Hasilnya diskusikan dengan teman Anda dan laporkan pada gurumu.
B. Erosi
Erosi sering disebut juga pengikisan. Erosi adalah proses pengikisan terhadap batuan
yang dilakukan oleh air, angin, atau gletser. Air hujan bisa mengikis permukaan tanah
terutama yang gundul. Tanah itu bersama air mengalir ke sungai. Air sungai juga dapat
mengikis tepi atau bagian dasar sungai. Akibat pengikisan pada tepi sungai menyebabkan sungai menjadi berkelok-kelok dan melebar. Sedangkan pengikisan ke dasar sungai bisa menyebabkan sungai bertambah dalam.
Air laut juga bisa menyebabkan erosi. Apabila Anda perhatikan di sekitar pantai, ombak atau gelombang laut selalu menerjang tepi pantai, mengikis sedikit demi sedikit tepi pantai. Pengikisan batuan oleh air laut itu disebut abrasi. Jika air atau gelombang yang mengikis batuan itu membawa material pasir atau batu kecil, maka tenaga pengikisannya akan bertambah kuat.
Angin bisa menyebabkan terkikisnya batuan. Angin dengan hembusannya disertai dengan
material yang diangkutnya di daerah gurun menabrak gunung-gunung batu, sehingga
bisa berubah menjadi patung-patung alam. Pengikisan batuan oleh angin ini disebut
korasi.
Gletser adalah es yang mengalir secara lambat. Gletser ini juga bisa menjadi pengikisan.
Gletser dengan kemampuan mengikisnya (erosi glacial) dapat merubah palung sungai
berbentuk V menjadi berbentuk U.
Sampai di sini bagaimana? Untuk menyegarkan tubuh, silakan Anda menggerakkan
tubuh sejenak atau minum air dulu. Jika sudah segar kembali, mari kita lanjutkan!

C. Sedimentasi
Batuan hasil pelapukan secara berangsur diangkut ke tempat lain oleh tenaga air, angin, dan gletser. Air mengalir di permukaan tanah atau sungai membawa batuan halus baik terapung, melayang atau digeser di dasar sungai menuju tempat yang lebih rendah.
Hembusan angin juga bisa mengangkat debu, pasir, bahkan bahan material yang lebih
besar. Makin kuat hembusan itu, makin besar pula daya angkutnya. Di padang pasir
misalnya, timbunan pasir yang luas dapat dihembuskan angin dan berpindah ke tempat
lain. Sedangkan gletser, walaupun lambat gerakannya, tetapi memiliki daya angkut besar.
Lalu, apa yang dimaksud dengan sedimentasi? Sedimentasi adalah peristiwa
pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air atau angin tadi. Pada
saat pengikisan terjadi, air membawa batuan mengalir ke sungai, danau, dan akhirnya
sampai di laut. Pada saat kekuatan pengangkutannya berkurang atau habis, batuan
diendapkan di daerah aliran air tadi. Karena itu pengendapan ini bisa terjadi di sungai, danau, dan di laut.
Pengendapan yang terjadi di sungai disebut sedimen fluvial. Hasil pengendapan ini
biasanya berupa batu giling, batu geser, pasir, kerikil, dan lumpur yang menutupi dasar sungai. Bahkan endapan sungai ini sangat baik dimanfaatkan untuk bahan bangunan
atau pengaspalan jalan. Oleh karena itu tidak sedikit orang yang bermata pencaharian
mencari pasir, kerikil, atau batu hasil endapan itu untuk dijual.
Di danau juga bisa terjadi endapan batuan. Hasil endapan ini biasanya dalam bentuk
delta, lapisan batu kerikil, pasir, dan lumpur. Proses pengendapan di danau ini disebut sedimen limnis.
Bagaimana pengendapan terjadi di darat? Misalnya guguk pasir di pantai berasal dari
pasir yang terangkat ke udara pada waktu ombak memecah di pantai landai, lalu ditiup
angin laut ke arah darat, sehingga membentuk timbunan pasir yang tinggi. Contohnya,
guguk pasir sepanjang pantai Barat Belanda yang menjadi tanggul laut negara itu. Di
Indonesia guguk pasir yang menyerupai di Belanda bisa ditemukan di pantai Parang
Tritis Yogyakarta.
Sungai yang mengalir dengan membawa berbagai jenis batuan akhirnya bermuara di
laut, sehingga di laut terjadi proses pengendapan batuan yang paling besar. Hasil
pengendapan di laut ini disebut sedimen marin. Pengendapan di laut dapat menghasilkan:
1. Delta. Delta terjadi di muara sungai yang lautnya dangkal dan sungainya membawa
banyak bahan endapan. Bentuk delta dapat dikelompokkan dalam 4 macam, yaitu:
a. Delta lobben, bentuknya menyerupai kaki burung.
Biasanya tumbuh cepat besar, karena sungai
membawa banyak bahan endapan. Contohnya delta
Missisippi.

b. Delta tumpul, bentuknya seperti busur. Keadaannya
cenderung tetap (tidak bertambah besar), misalnya
delta Tiger dan Nil.

c. Delta runcing, bentuknya runcing ke atas menyerupai
kerucut. Delta ini makin lama makin sempit.
Gambar 13. Delta Runcing.
d. Estuaria, yaitu bagian yang rendah dan luas dari mulut
sungai.

2. Endapan kapur, yang terdiri dari sisa binatang karang, lokan, atau rangka ikan.
Endapan kapur ini biasanya terjadi di laut dangkal.
3. Endapan pasir silikon, dihasilkan dari bangkai plankton yang berangka silikon.
Endapan ini terjadi di dasar laut yang dalam.

Batuan endapan yang berasal dari hasil penghancuran itu adakalanya mengalami
penyatuan kembali menjadi gumpalan besar karena terikat oleh zat kapur atau oksida
silikon. Jika yang diikatnya terdiri dari kerikil runcing, tajam dan menghasilkan bongkahan,
maka pengendapan ini disebut breksi. Namun apabila bongkahan itu terdiri dari batubatu
bulat akan menghasilkan konglomerat.
Sedimentasi atau pengendapan yang dilakukan secara terus menerus dalam jangka
waktu lama dapat mengubah permukaan bumi menjadi dataran yang lebih tinggi.
Pengikisan oleh tenaga air atau mungkin angin di daerah pegunungan mengakibatkan
adanya pengendapan di daerah yang agak rendah, sehingga lama kelamaan berubah
menjadi dataran tinggi. Misalnya Dataran Tinggi Dieng, Dataran Tinggi Gayo.
Di daerah sekitar pantai yang lautnya dangkal sedimentasi dapat menghasilkan dataran
rendah. Sungai yang secara terus menerus membawa bahan endapan akan mengendap
di laut sehingga menjadikan sebuah daratan. Misalnya dataran rendah Pulau Jawa,
atau pantai Timur Sumatera merupakan daratan hasil sedimentasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar