Rabu, 04 Februari 2015

Tenaga Eksogen

Keberagaman bentuk muka bumi disebabkan oleh kekuatan besar yang bekerja pada bumi yang disebut Tenaga Geologi. Tenaga geologi pada dasarnya dibedakan atas dua macam, yaitu Tenaga Endogen dan Tenaga Eksogen. Tenaga Endogen ialah tenaga yang berasal dari dalam bumi dan mempunyai sifat membangun. Tenaga Endogen digolongkan menjadi Tektonisme, Vulkanisme dan Seisme.

Tenaga Tektonik
Tenaga Tektonik (Tektonisme) adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang mengakibatkan terjadinya pergeseran dan perubahan letak lapisan batuan, baik secara horizontal (gerak orogenetik) maupun secara vertikal (gerak epirogenetik).
Gerak Orogenetik (Orogenesa)
Gerak pembentukkan gunung meliputi daerah yang sempit dan dalam waktu yang relatif singkat. Gerak itu dapat menimbulkan,
1. Lipatan
2. Patahan
3. Retakan
Gerak Epirogenetik (Orogenesa)
Gerak naik atau turun dari permukaan bumi, meliputi daerah yang luas dan berlangsung lambat. Gerak epirogenetik dibedakan menjadi,
1. Gerak Epirogenetik Positif, bila permukaan bumi turun atau seolah-olah permukaan air laut naik.
2. Gerak Epirogenetik Negatif, bila permukaan bumi naik atau seolah-olah permukaan air laut turun.

Tenaga Vulkanik
Tenaga Vulkanik (Vulkanisme) adalah proses pergeseran magma di dalam bumi. Proses terjadinya vulkanisme dipengaruhi oleh aktivitas magma yang menyusup ke lithosfer (kulit bumi). Apabila penyusupan magma hanya sebatas kulit bumi bagian dalam maka dinamakan intrusi magma', sedangkan apabila penyusupan magma sampai keluar ke permukaan bumi disebut ekstrusi magma.
Istilah Aktifitas Magma
Berikut merupakan istilah yang digunakan pada proses aktifitas magma,
1. Lava / Volkanic Mudflow / Lahar (Magma yang keluar ke permukaan bumi, baik melalui lelehan atau letusan)
2. Batholith (Dapur Magma)
3. Lakolith (Intrusi magma berbentuk datar)
4. Sill / Plat (Intrusi magma membentuk kawah / gang)
5. Apofisa (Intrusi magma merupakan cabang kawah / gang)
6. Diatrema (Lorong tempat keluarnya magma ke permukaan bumi)
7. Crater / Kawah / Kepundan (Lubang tempat keluarnya magma, merupakan ujung dari diatrema, namun tidak semua kepundan berada di puncak gunung).
Bentuk Ekstrusi Magma
Ekstrusi magma memiliki berbagai macam bentuk,
1. Ekstrusi Sentral
Proses magma keluar melalui gunung berapi
2. Ekstrusi Linear
Proses magma keluar melalui patahan atau garis yang memanjang
3. Ekstrusi Areal
Proses magma keluar pada daerah yang sangat luas biasanya di daerah ini merupakan wilayah yang dekat dengan sumber magma (dapur magma)
Bentuk Gunung Berapi
Pada peristiwa ekstrusi magma berdasar sifat lava dan kekuatan erupsinya akan menghasilkan berbagai bentuk gunung api,
1. Gunung Berapi Maar
Bentuk gunung berapi hasil erupsi eksplosif (ledakan) yang biasanya hanya satu kali karena dapur magmanya dangkal dan volumenya kecil
2. Gunung berapi perisai
Bentuk gunung berapi yang beralas sangat luas dengan lereng gunung yang sangat landai karena terbentuk dari lelehan lava encer.
3. Gunung berapi Strato
Bantuk gunung berapi yang berbentuk kerucut terjadi karena erupsi eksplosif yang berganti - ganti dengan efusif (lelehan).

Gempa Bumi (Seisme)
Gempa Bumi (Seisme), adalah pergeseran lapisan batuan yang menyebabkan terjadinya getaran yang hebat. Gempa bumi pada umumnya dapat merusak permukaan bumi.
Berdasar Penyebabnya
1. Gempa Tektonik (gempa dislokasi)
Terjadi karena pergeseran letak lapisan kulit bumi (gempa dislokasi). Gempa ini sering menimbulkan bencana yang cukup besar, karena efeknya pada wilayah yang cukup luas.
2. Gempa Vulkanis (gempa gunung berapi),
Terjadi bersamaan dengan meletusnya gunung berapi atau dapat juga terjadinya sebelum atau sesudahnya. Gempa ini terasa di sekitar gunung berapi yang sedang dalam proses vulkanisme.
3. Gempa runtuhan
Terjadi pada saat terjadinya runtuhan tanah dalam volumen yang cukup besar seperti longsoran dan gempa ini pada sifatnya merupakan gempa lemah dan hanya terasa pada radius kecil lokasi reruntuhan terjadi.
Istilah dalam Gempa Bumi
1. Hyposentrum,
berasal dari kata hypo berarti bawah, sentrum berarti pusat, jadi hyposentrum merupakan pusat asal mulanya getaran gempa yang terdapat di bawah permukaan bumi, terdapat dua macam getaran dalam hyposentrum yakni Gelombang Logitudinal (gelombang Primer) dan Gelombang Transversal (Gelombang Sekunder)
2. Episentrum
Tempat dipermukaan bumi yang terdekan dengan hyposentrum (biasa disebut juga pusat gempa di permukaan bumi)
3. Macroseisme
Wilayah Episentrum yang paling hebat menderita kerusakan
4. Microseisme
Getaran kulit bumi yang amat halus. Getarannya tidak terasa kecuali oleh seismograf (alat pencatat getaran gempa).
5. Pleistoseista
Daerah yang dibatasi oleh Isoseista yang berada di sekitar episentrum yang paling banyak mendapat kerusakan. Plestoseista dapatjuga diartikan sebagai garis khayal yang membatasi tempat yang episentrumnya mengalami kerusakan paling hebat akibat gempa.
6. Isoseista
Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang sama keras getaran gempanya.
7. Homoseista
Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang pada saat yang sama mengalami getaran gempanya.
Alat Pengukur Gempa
Seismograf adalah alat pengukur dan pencatat getaran gempa bumi, seismograf berasal dari kata seismos yang berarti getaran gempa dan graphein yang berarti menulis atau mencatat. Seismograf ada berbagai macam,
1. Seismograf horizontal
Merupakan alat pencatat getaran gempa yang mencatat gempa bumi arah mendatar
2. Seismograf vertikal
Merupakan alat pencatat getaran gempa yang mencatat getaran gempa arah tegak.
Peletakan seismograf harus diletakkan pada tempat yang stabil agar tidak mengalami gangguan lokal (misalkan pergeseran alat secara tidak sengaja karena tersentuh atau tergeser oleh manusia). Selain hal tersebut pencatat waktu sangat diperlukan untuk menentukan waktunya terjadi gempa dan dengan menggunakan dua jenis seismograf bisa diketahui letak episentrum gempa.

HIDROLOGI

Hidrologi (berasal dari Bahasa Yunani: Yδρoλoγια, Yδωρ+Λoγos, Hydrologia, "ilmu air") adalah cabang ilmu teknik sipil yang mempelajari pergerakan, distribusi, dan kualitas air di seluruh Bumi, termasuk siklus hidrologi dan sumber daya air. Orang yang ahli dalam bidang hidrologi disebut hidrolog, bekerja dalam bidang ilmu bumi dan ilmu lingkungan, serta teknik sipil dan teknik lingkungan.

Domain hidrologi meliputi hidrometeorologi, hidrologi air-permukaan, hidrogeologi, manajemen limbah dan kualitas air, dimana air memiliki peranan penting. Oseanografi dan meteorologi tidak termasuk karena air hanya satu dari aspek penting lainnya.

Penelitian Hidrologi juga memiliki kegunaan lebih lanjut bagi teknik lingkungan, kebijakan lingkungan, serta perencanaan. Hidrologi juga mempelajari perilaku hujan terutama meliputi periode ulang curah hujan karena berkaitan dengan perhitungan banjir serta rencana untuk setiap bangunan teknik sipil antara lain bendung, bendungan dan jembatan.



1. AIR

Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi,[1][2][3] tetapi tidak di planet lain.[4] Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi.[5] Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia. Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di bumi, sejumlah besar air juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada bulan-bulan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut.[6] Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat menyebakan kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik. [7] Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur sumber daya air sejak tahun 2004, yakni Undang Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

2. AIR ASIN


Air asin lebih sering berarti air dari laut dan samudra. Air ini juga disebut air laut. Air asin ialah lawan air tawar.

Air asin mengandung garam. Kita tidak bisa meminum air asin karena garam dalam air membuat kita dehidrasi - badan kita akan kehilangan lebih banyak air yang diminum, dan nanti bisa sakit. Namun, banyak jenis ikan, hewan, dan tanaman yang berbeda tinggal di air asin. Air laut dibuat dengan mengeringkan air asin.

Air asin digunakan untuk membuat atau mengawetkan makanan.

Saat mengukur garam dalam iar, para ilmuwan bisa mengatakan bahwa mereka menguji salinitasnya.


3. SIKLUS AIR

Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.

Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.

Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:

* Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.

* Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.

* Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.

Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sistem Daerah Aliran Sungai (DAS).Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.

4. AWAN

Awan adalah massa terlihat dari tetesan air atau beku kristal tergantung di atmosfer di atas permukaan bumi atau lain planet tubuh. Awan juga terlihat massa tertarik oleh gravitasi, seperti massa materi dalam ruang yang disebut awan antar bintang dan nebula. Awan dipelajari dalam ilmu tentang awan atau awan fisika cabang meteorologi.

Di Bumi substansi biasanya kondensasi uap air . Dengan bantuan partikel higroskopis udara seperti debu dan garam dari laut, tetesan air kecil terbentuk pada ketinggian rendah dan kristal es pada ketinggian tinggi bila udara didinginkan untuk jenuh oleh konvektif lokal atau lebih besar mengangkat non-konvektif skala. Pada beberapa kasus, awan tinggi mungkin sebagian terdiri dari tetesan air superdingin. Tetesan dan kristal biasanya sekitar 0,01 mm (0,00039 in) diameter. Para agen yang paling umum dari lift termasuk pemanasan matahari di siang hari dari udara pada tingkat permukaan, angkat frontal yang memaksa massa udara lebih hangat akan naik lebih dari atas sebuah airmass pendingin, dan mengangkat orografik udara di atas gunung. Ketika naik udara, mengembang sebagai tekanan berkurang. Proses ini mengeluarkan energi yang menyebabkan udara dingin. Ketika dikelilingi oleh milyaran tetesan lain atau kristal mereka menjadi terlihat sebagai awan. Dengan tidak adanya inti kondensasi, udara menjadi jenuh dan pembentukan awan terhambat. dalam awan padat memperlihatkan pantulan tinggi (70% sampai 95%) di seluruh terlihat berbagai panjang gelombang. Mereka sehingga tampak putih, setidaknya dari atas. tetesan Cloud cenderung menyebarkan cahaya efisien, sehingga intensitas radiasi matahari berkurang dengan kedalaman ke gas, maka abu-abu atau bahkan gelap kadang-kadang penampilan mereka di dasar awan . awan tipis mungkin tampak telah memperoleh warna dari lingkungan mereka atau latar belakang dan awan diterangi oleh cahaya non-putih, seperti saat matahari terbit atau terbenam, mungkin tampak berwarna sesuai. Awan terlihat lebih gelap di dekat-inframerah karena air menyerap radiasi matahari pada saat- panjang gelombang .

5. BANJIR

Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air.[1] Peristiwa banjir timbul jika air menggenangi daratan yang biasanya kering.[2] Banjir pada umumnya disebabkan oleh air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan yang tinggi.[1] Kekuatan banjir mampu merusak rumah dan menyapu fondasinya.[3] Air banjir juga membawa lumpur berbau yang dapat menutup segalanya setelah air surut.[3] Banjir adalah hal yang rutin.[4] Setiap tahun pasti datang.[4] Banjir, sebenarnya merupakan fenomena kejadian alam "biasa" yang sering terjadi dan dihadapi hampir di seluruh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia.[5] Banjir sudah temasuk dalam urutan bencana besar, karena meminta korban besar.[6]

Ciri ciri

Bencana banjir memiliki ciri-ciri dan akibat sebagai berikut.[7]

* Banjir biasanya terjadi saat hujan deras yang turun terus menerus sepanjang hari.
* Air menggenangi tempat-tempat tertentu dengan ketinggian tertentu.
* Banjir dapat mengakibatkan hanyutnya rumah-rumah, tanaman, hewan, dan manusia.
* Banjir mengikis permukaan tanah sehingga terjadi endapan tanah di tempat-tempat yang rendah.
* Banjir dapat mendangkalkan sungai, kolam, atau danau.
* Sesudah banjir, lingkungan menjadi kotor oleh endapan tanah dan sampah.
* Banjir dapat menyebabkan korban jiwa, luka berat, luka ringan, atau hilangnya orang.
* Banjir dapat menyebabkan kerugian yg besar baik secara moril maupun materiil.

Jenis-Jenis Banjir
Banjir merugikan banyak pihak

Berdasarkan sumber air yang menjadi penampung di bumi, jenis banjir dibedakan menjadi tiga, yaitu banjir sungai, banjir danau, dan banjir laut pasang.[8]

* Banjir Sungai

Terjadi karena air sungai meluap.

* Banjir Danau

Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol.

* Banjir Laut pasang

Terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa bumi.

Penyebab Terjadinya Banjir

Secara umum, penyebab terjadinya banjir adalah sebagai berikut.[2]

* Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi,
* Pendangkalan sungai,
* Pembuangan sampah yang sembarangan, baik ke aliran sungai mapupun gotong royong,
* Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat,
* Pembuatan tanggul yang kurang baik,
* Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan.

Dampak Dari Banjir

Banjir dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa:[1]

1. Rusaknya areal pemukiman penduduk,
2. Sulitnya mendapatkan air bersih, dan
3. Rusaknya sarana dan prasarana penduduk.
4. Rusaknya areal pertanian
5. Timbulnya penyakit-penyakit
6. Menghambat transportasi darat

PELAPUKAN, EROSI, DAN SEDIMENTASI

PELAPUKAN, EROSI, DAN SEDIMENTASI

Setelah mempelajari kegiatan ini Anda diharapkan dapat menjelaskan pelapukan
beserta penggolongannya, menjelaskan erosi, dan menjelaskan sedimentasi.
Tentunya Anda sudah paham bahwa bentuk permukaan bumi ini disebabkan
oleh adanya dua tenaga, yaitu tenaga endogen dan eksogen. Pada kegiatan 1,
Anda sudah belajar banyak tentang tenaga endogen. Pegunungan, gunung,
dataran rendah, dataran tinggi, atau lembah merupakan hasil aktivitas tenaga
endogen. Bentuk permukaan bumi itu akan mengalami perubahan melalui tenaga eksogen.
Nah, bahasan kali ini kita akan memfokuskan pada tenaga eksogen yang lebih difokuskan
pada pelapukan, erosi, dan sedimentasi.
A. Pelapukan
Pelapukan atau weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada kulit bumi
karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin). Karena itu
pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang
lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Pelapukan dibagi dalam tiga
macam, yaitu pelapukan mekanis, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis.
1. Pelapukan Mekanis
Pelapukan mekanis atau sering disebut pelapukan fisis adalah penghancuran batuan
secara fisik tanpa mengalami perubahan kimiawi. Penghancuran batuan ini bisa
disebabkan oleh akibat pemuaian, pembekuan air, perubahan suhu tiba-tiba, atau
perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan malam. Untuk lebih jelasnya
bagaimana perubahan itu, perhatikan baik-baik berikut ini:
a. Akibat pemuaian
Tahukah Anda bahwa batuan ternyata tidak homogen, terdiri dari berbagai mineral,
dan mempunyai koefisien pemuaian yang berlainan. Oleh karena itu dalam
sebuah batu pemuaiannya akan berbeda, bisa cepat atau lambat. Pemanasan
matahari akan terjadi peretakan batuan sebagai akibat perbedaan kecepatan
dan koefisien pemuaian tersebut.
b. Akibat pembekuan air
Batuan bisa pecah/hancur akibat pembekuan air yang terdapat di dalam batuan.
Misalnya di daerah sedang atau daerah batas salju, pada musim panas, air bisa
masuk ke pori-pori batuan. Pada musim dingin atau malam hari air di pori-pori
batuan itu menjadi es. Karena menjadi es, volume menjadi besar, akibatnya batuan
menjadi pecah.
Kegiatan Belajar 2

c. Akibat perubahan suhu tiba-tiba
Kondisi ini biasanya terjadi di daerah gurun. Ketika ada hujan di siang hari
menyebabkan suhu batuan mengalami penurunan dengan tiba-tiba. Hal ini dapat
menyebabkan hancurnya batuan.
d. Perbedaan suhu yang besar antara siang dan malam
Penghancuran batuan terjadi akibat perbedaan suhu yang sangat besar antara
siang dan malam. Pada siang hari suhu sangat panas sehingga batuan
mengembang. Sedangkan pada malam hari temperatur turun sangat rendah
(dingin). Penurunan temperatur yang sangat cepat itu menyebabkan batuan
menjadi retak-retak dan akhirnya pecah, dan akhirnya hancur berkeping-keping.
Pelapukan seperti ini Anda bisa perhatikan di daerah gurun. Di daerah Timur
Tengah (Arab) temperatur siang hari bisa mencapai 60 derajat Celcius, sedangkan
pada malam hari turun drastis dan bisa mencapai 2 derajat Celcius. Atau pada
saat turun hujan, terjadi penurunan suhu, yang menyebabkan batuan menjadi
pecah.
Rasanya pembahasan kali ini makin menarik dan mudah dipahami. Sekarang
kita lanjutkan pada macam pelapukan lainnya yaitu pelapukan kimiawi.
2. Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa kimia. Biasanya
yang menjadi perantara air, terutama air hujan. Tentunya Anda masih ingat bahwa
air hujan atau air tanah selain senyawa H2O, juga mengandung CO2 dari udara.
Oleh karena itu mengandung tenaga untuk melarutkan yang besar, apalagi jika air
itu mengenai batuan kapur atau karst.
Batuan kapur mudah larut oleh air hujan. Oleh karena itu jika Anda perhatikan pada
permukaan batuan kapur selalu ada celah-celah yang arahnya tidak beraturan. Hasil
pelapukan kimiawi di daerah karst biasa menghasilkan karren, ponor, sungai bawah
tanah, stalagtit, tiang-tiang kapur, stalagmit, atau gua kapur.
a. Karren
Di daerah kapur biasanya terdapat celah-celah atau alur-alur sebagai akibat
pelarutan oleh air hujan. Gejala ini terdapat di daerah kapur yang tanahnya
dangkal. Pada perpotongan celah-celah ini biasanya terdapat lubang kecil yang
disebut karren.
b. Ponor
Ponor adalah lubang masuknya aliran air ke dalam tanah pada daerah kapur
yang relatif dalam. Ponor dapat dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu dolin
dan pipa karst. Dolin adalah lubang di daerah karst yang bentuknya seperti corong.
Dolin ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu dolin korosi dan dolin terban. Dolin korosi
terjadi karena proses pelarutan batuan yang disebabkan oleh air. Di dasar dolin
diendapkan tanah berwarna merah (terra rossa). Sedangkan dolin terban terjadi
karena runtuhnya atap gua kapur
Gejala karst berikutnya adalah pipa karst yang bentuknya seperti pipa. Gejala ini
terjadi karena larutnya batuan kapur oleh air. Karena terjadi proses pelarutan
batuan, maka disebut pipa karst korosi. Namun jika terjadi karena tanah terban,
pipa karst itu disebut pipa karst terban atau disebut juga yama-type.
Gambar 10a. Aven-type Gambar 10b. Yama-type

c. Gua kapur
Jika Anda berkunjung ke daerah kapur, biasanya di daerah ini banyak terdapat
gua. Pada gua ini sering dijumpai stalaktit dan stalakmit. Stalaktit adalah endapan
kapur yang menggantung pada langit-langit gua (atas). Bentuknya biasanya
panjang, runcing dan tengahnya mempunyai lubang rambut. Sedangkan stalakmit
adalah endapan kapur yang terdapat pada lantai gua (bawah). Bentuknya tidak
berlubang, berlapis-lapis, dan agak tumpul. Jika stalaktit dan stalakmit bisa
bersambung, maka akan menjadi tiang kapur (pillar).
3. Pelapukan Biologis
Mungkin Anda pernah melihat orang sedang memecahkan batu. Batu yang besar itu
dihantam dengan palu menjadi kerikil-kerikil kecil yang digunakan untuk bahan
bangunan. Atau mungkin Anda pernah melihat burung atau binatang lainnya membuat
sarang pada batuan cadas, lama kelamaan batuan cadas itu menjadi lapuk. Dua
ilustrasi ini merupakan contoh pelapukan biologis.
Pelapukan biologis atau disebut juga pelapukan organis terjadi akibat proses organis.
Pelakunya adalah mahluk hidup, bisa oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, atau manusia.
Akar tumbuh-tumbuhan bertambah panjang dapat menembus dan menghancurkan
batuan, karena akar mampu mencengkeram batuan. Bakteri merupakan media
penghancur batuan yang ampuh. Cendawan dan lumut yang menutupi permukaan
batuan dan menghisap makanan dari batu bisa menghancurkan batuan tersebut.
Untuk lebih menambah wawasan, sekarang Anda amati proses pelapukan biologis
di sekitar Anda. Hasilnya diskusikan dengan teman Anda dan laporkan pada gurumu.
B. Erosi
Erosi sering disebut juga pengikisan. Erosi adalah proses pengikisan terhadap batuan
yang dilakukan oleh air, angin, atau gletser. Air hujan bisa mengikis permukaan tanah
terutama yang gundul. Tanah itu bersama air mengalir ke sungai. Air sungai juga dapat
mengikis tepi atau bagian dasar sungai. Akibat pengikisan pada tepi sungai menyebabkan sungai menjadi berkelok-kelok dan melebar. Sedangkan pengikisan ke dasar sungai bisa menyebabkan sungai bertambah dalam.
Air laut juga bisa menyebabkan erosi. Apabila Anda perhatikan di sekitar pantai, ombak atau gelombang laut selalu menerjang tepi pantai, mengikis sedikit demi sedikit tepi pantai. Pengikisan batuan oleh air laut itu disebut abrasi. Jika air atau gelombang yang mengikis batuan itu membawa material pasir atau batu kecil, maka tenaga pengikisannya akan bertambah kuat.
Angin bisa menyebabkan terkikisnya batuan. Angin dengan hembusannya disertai dengan
material yang diangkutnya di daerah gurun menabrak gunung-gunung batu, sehingga
bisa berubah menjadi patung-patung alam. Pengikisan batuan oleh angin ini disebut
korasi.
Gletser adalah es yang mengalir secara lambat. Gletser ini juga bisa menjadi pengikisan.
Gletser dengan kemampuan mengikisnya (erosi glacial) dapat merubah palung sungai
berbentuk V menjadi berbentuk U.
Sampai di sini bagaimana? Untuk menyegarkan tubuh, silakan Anda menggerakkan
tubuh sejenak atau minum air dulu. Jika sudah segar kembali, mari kita lanjutkan!

C. Sedimentasi
Batuan hasil pelapukan secara berangsur diangkut ke tempat lain oleh tenaga air, angin, dan gletser. Air mengalir di permukaan tanah atau sungai membawa batuan halus baik terapung, melayang atau digeser di dasar sungai menuju tempat yang lebih rendah.
Hembusan angin juga bisa mengangkat debu, pasir, bahkan bahan material yang lebih
besar. Makin kuat hembusan itu, makin besar pula daya angkutnya. Di padang pasir
misalnya, timbunan pasir yang luas dapat dihembuskan angin dan berpindah ke tempat
lain. Sedangkan gletser, walaupun lambat gerakannya, tetapi memiliki daya angkut besar.
Lalu, apa yang dimaksud dengan sedimentasi? Sedimentasi adalah peristiwa
pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air atau angin tadi. Pada
saat pengikisan terjadi, air membawa batuan mengalir ke sungai, danau, dan akhirnya
sampai di laut. Pada saat kekuatan pengangkutannya berkurang atau habis, batuan
diendapkan di daerah aliran air tadi. Karena itu pengendapan ini bisa terjadi di sungai, danau, dan di laut.
Pengendapan yang terjadi di sungai disebut sedimen fluvial. Hasil pengendapan ini
biasanya berupa batu giling, batu geser, pasir, kerikil, dan lumpur yang menutupi dasar sungai. Bahkan endapan sungai ini sangat baik dimanfaatkan untuk bahan bangunan
atau pengaspalan jalan. Oleh karena itu tidak sedikit orang yang bermata pencaharian
mencari pasir, kerikil, atau batu hasil endapan itu untuk dijual.
Di danau juga bisa terjadi endapan batuan. Hasil endapan ini biasanya dalam bentuk
delta, lapisan batu kerikil, pasir, dan lumpur. Proses pengendapan di danau ini disebut sedimen limnis.
Bagaimana pengendapan terjadi di darat? Misalnya guguk pasir di pantai berasal dari
pasir yang terangkat ke udara pada waktu ombak memecah di pantai landai, lalu ditiup
angin laut ke arah darat, sehingga membentuk timbunan pasir yang tinggi. Contohnya,
guguk pasir sepanjang pantai Barat Belanda yang menjadi tanggul laut negara itu. Di
Indonesia guguk pasir yang menyerupai di Belanda bisa ditemukan di pantai Parang
Tritis Yogyakarta.
Sungai yang mengalir dengan membawa berbagai jenis batuan akhirnya bermuara di
laut, sehingga di laut terjadi proses pengendapan batuan yang paling besar. Hasil
pengendapan di laut ini disebut sedimen marin. Pengendapan di laut dapat menghasilkan:
1. Delta. Delta terjadi di muara sungai yang lautnya dangkal dan sungainya membawa
banyak bahan endapan. Bentuk delta dapat dikelompokkan dalam 4 macam, yaitu:
a. Delta lobben, bentuknya menyerupai kaki burung.
Biasanya tumbuh cepat besar, karena sungai
membawa banyak bahan endapan. Contohnya delta
Missisippi.

b. Delta tumpul, bentuknya seperti busur. Keadaannya
cenderung tetap (tidak bertambah besar), misalnya
delta Tiger dan Nil.

c. Delta runcing, bentuknya runcing ke atas menyerupai
kerucut. Delta ini makin lama makin sempit.
Gambar 13. Delta Runcing.
d. Estuaria, yaitu bagian yang rendah dan luas dari mulut
sungai.

2. Endapan kapur, yang terdiri dari sisa binatang karang, lokan, atau rangka ikan.
Endapan kapur ini biasanya terjadi di laut dangkal.
3. Endapan pasir silikon, dihasilkan dari bangkai plankton yang berangka silikon.
Endapan ini terjadi di dasar laut yang dalam.

Batuan endapan yang berasal dari hasil penghancuran itu adakalanya mengalami
penyatuan kembali menjadi gumpalan besar karena terikat oleh zat kapur atau oksida
silikon. Jika yang diikatnya terdiri dari kerikil runcing, tajam dan menghasilkan bongkahan,
maka pengendapan ini disebut breksi. Namun apabila bongkahan itu terdiri dari batubatu
bulat akan menghasilkan konglomerat.
Sedimentasi atau pengendapan yang dilakukan secara terus menerus dalam jangka
waktu lama dapat mengubah permukaan bumi menjadi dataran yang lebih tinggi.
Pengikisan oleh tenaga air atau mungkin angin di daerah pegunungan mengakibatkan
adanya pengendapan di daerah yang agak rendah, sehingga lama kelamaan berubah
menjadi dataran tinggi. Misalnya Dataran Tinggi Dieng, Dataran Tinggi Gayo.
Di daerah sekitar pantai yang lautnya dangkal sedimentasi dapat menghasilkan dataran
rendah. Sungai yang secara terus menerus membawa bahan endapan akan mengendap
di laut sehingga menjadikan sebuah daratan. Misalnya dataran rendah Pulau Jawa,
atau pantai Timur Sumatera merupakan daratan hasil sedimentasi.

tenaga endogen

Tenaga Endogen

Keberagaman bentuk muka bumi disebabkan oleh kekuatan besar yang bekerja pada bumi yang disebut Tenaga Geologi. Tenaga geologi pada dasarnya dibedakan atas dua macam, yaitu Tenaga Endogen dan Tenaga Eksogen. Tenaga Eksogen adalah tenaga yang bekerja pada kulit bumi akan membentuk relief muka bumi. Tenaga Eksogen berasal dari permukaan bumi atau atmosfer yang meliputi faktor air, cuaca, angin dan es yang bersifat merusak.

Pelapukan
Pelapukan dapat terjadi akibat pengaruh cuaca dan dalam jangka waktu yang lama. Pada pelapukan batu-batuan dapat hancur dengan sisa pelapukan berupa bukit - bukit kecil disebut Monadnock.
Pelapukan dapat dibedakan menjadi,
1. Pelapukan mekanis (fisis)
pelapukan yang disebabkan oleh perbedaan suhu yang sangat tajam dan biasanya terjadi di daerah gurun.
2. Pelapukan kimiawi (chemical / Khemis)
Pelapukan yang disebabkan oleh perubahan susunan kimia, semisal gips (CaSO4 + nH2O) dan batuan kapur (Ca CO3), Gejala - gejalanya kapur akan membentuk Stalaktit dan Stalagmit dan Doline (berbentuk corong).
3. Pelapukan organik (biologis)
Pelapukan yang disebabkan oleh tumbuhan, hewan atau manusia (akar tanaman, binatang laut, bakteri, cendawan / jamur, dan lumut merupakan faktor yang dapat mempercepat pelapukan terjadi).

Erosi
Pengikisan atau Erosi adalah salah satu faktor tenaga eksogen yang mengakibatkan perubahan relief bumi selain pelapukan. Pengikisan dapat dilakukan oleh air, angin, gletsyer (es), binatang, tumbuhan, manusia, gravitasi bumi. Erosi terbagi atas berbagai bentuk,
1. Erosi Glasial
2. Erosi Selokan (gully)
3. Erosi Man Made
4. Erosi Riil (anak - anak sungai)
5. Erosi Tanah
6. Erosi Stream (Air Mengalir)
- Solution (Pelarutan)
- Hydrolic Action (Kegiatan hidrolik)
- Corrosion (Korosi)
- Impaction
- Attrition
7. Erosi Angin
- Pasca Pelapukan
- Abrasi

Denudasi
Denudasi adalah pengikisan lapisan atas permukaan bumi oleh tenaga eksogen sehingga menjadi kurang subur., Lapisan batuan yang lapuk pada lereng - lereng pegunungan selalu dipengaruhi oleh gaya berat. Jika kecepatan pelapukan tidak dapat mengikuti kecepatan runtuhnya lapisan batuan, maka batuan asli akan terkelupas dan terbuka. Hilangnya lapisan atas batuan lapuk juga dipengaruhi oleh deflasi, yaitu tenaga yang berasal dari air es dan angin.

Sedimentasi
Sedimentasi merupakan proses tenaga eksogen yang merupakan proses kelanjutan dari pengikisan atau pelapukan. Setelah lapisan batuan dikikis oleh tenaga eksogen (air, gletsyer, angin) hasil pengikisan akan mengalami transportasi atau pengangkutan oleh air, gletsyer, angin dan apabila daya angkut tenaga berkurang material yang dibawanya akan terendap (tersedimentasi). Sedimentasi batuan merupakan hasil dari pelapukan, erosi dan denudasi dengan hasil biasanya berlapis-lapis. Apabila hasil pelapukan pada sedimentasi tersebut terdiri dari batuan yang berupa hancuran kasar maka batuan tersebut disebut konglomerat, sedangkan apabila batuan tersebut bersudut tajam, maka disebut breccie.
Tempat - tempat terjadinya pengendapan atau sedimentasi berada pada,
1. Laut (marine)
2. Sungai (Fluvial)
3. Danau
4. Es (Glasial)
5. Darat (Teritis)
6. Pantai
Daerah tinggi yang mengalami pengikisan setelah tenaga eksogen tersebut berhenti menjadi dataran yang rata atau bahkan miring ke arah laut disebut wilayah pineplain

macam macam hujan

HUJAN OROGRAFIS, FRONTAL, DAN ZENITHAL


  1. Hujan Orografis
yaitu hujan yang terjadi karena udara yang mengandung uap air di paksa oleh angin untuk menaiki pegunungan yang suhunya semakin tinggi seiring bertambahnya ketinggian.Hal ini mengakibatkan terjadinya kondensasi, terbentuk awan, dan hujan pada sisi lereng pegunungan tersebut.Hujan ini disebut hujan orografis. Angin yang mendorong hujan terus bergerak menuruni lereng di sebelahnya tanpa mengandung uap air. Angin tersebut bersifat kering dan sering disebut sebagai angin fohn. Daerah terjadinya angin fohn disebut daerah bayangan hujan.


  1. Hujan Frontal
Hujan frontal adalah hujan yang disebabkan oleh bertemunya angin musim panas yang membawa uap air yang lembab dengan udara dingin bersuhu rendah sehingga menyebabkan pengembunan di udara yang pada akhirnya menurunkan hujan.

  1. Hujan Zenithal
Jenis hujan ini terjadi karena udara naik disebabkan adanya pemanasan tinggi. Terdapat di daerah tropis antara 23,5o LU - 23,5o LS. Oleh karena itu disebut juga hujan naik tropis. Arus konveksi menyebabkan uap air di ekuator naik secara vertikal sebagai akibat pemanasan air laut terus menerus. Terjadilah kondensasi dan turun hujan. Itulah sebabnya jenis hujan ini dinamakan juga hujan ekuatorial atau hujan konveksi. Disebut juga hujan zenithal karena pada umumnya hujan terjadi pada waktu matahari melalui zenit daerah itu. Semua tempat di daerah tropis itu mendapat dua kali hujan zenithal dalam satu tahun..